KODE ETIK

ANITA SIMARMATA/NPM 20207138



KODE ETIK

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan terse but terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

  • Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
  • Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
  • Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
  • Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

(1) Prinsip Etika,

(2) Aturan Etika, dan

(3) Interpretasi Aturan Etika.

Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

Kepatuhan

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.

Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip Pertama - Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

01. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

salah satu contoh dari pelanggaran Kode Etik diatas adalah kasus Gayus Tambunan yang akhir-akhir ini marak dikalangan masyarakat.Gayus adalah salah satu mafia pajak yang merugikan negara, dan dalam kasus gayus terlihat jelas bahwa banya ksekali etiak profesi yang telah di abaikan secara sengaja baik dari segi prinsip,tanggung jawab.ada beberapa kejanggalan dalam kasus gayus yang menurut saya melanggar etika profesi dari berbagai pihak seperti:

Pertama, Gayus dijerat pada kasus PT SAT dengan kerugian negara Rp 570.952.000, dan bukan pada kasus utamanya, yaitu kepemilikan rekening Rp 28 miliar, sesuai dengan yang didakwakan pada Dakwaan Perkara Pidana Nomor 1195/Pid/B/2010/PN.JKT.Sel.

"Pemilihan kasus PT SAT diduga merupakan skenario kepolisian dan kejaksaan untuk menghindar dari simpul besar kasus mafia pajak yang diduga menjerat para petinggi di kedua institusi tersebut. Kasus PT SAT sendiri amat jauh keterkaitannya dengan asal muasal kasus ini mencuat, yaitu kepemilikan rekening Rp 28 miliar milik Gayus," kata Donald.

Dikatakan Donald, pernyataan ini sulit dibantah karena secara faktual beberapa petinggi kepolisian, seperti Edmon Ilyas, Pambudi Pamungkas, Eko Budi Sampurno, Raja Erizman, dan Kabareskrim dan Wakabareskrim, hingga kini tidak tersentuh sama sekali. Padahal, dalam kesaksiannya, Gayus pernah menyatakan pernah mengeluarkan uang sebesar 500.000 dollar AS untuk perwira tinggi kepolisian melalui Haposan. Tujuannya, agar blokir rekening uangnya dibuka.

Kedua, Polisi menyita save deposit milik Gayus Tambunan sebesar Rp 75 miliar. Namun, perkembangannya tidak jelas hingga saat ini. "Hingga saat ini, keberlanjutan pemeriksaan atas rekening lain milik Gayus dengan nominal mencapai Rp 75 miliar menjadi tidak jelas. Polisi terkesan amat tertutup atas rekening yang secara nominal jauh lebih besar," kata Donald.

Ketiga, kepolisian masih belum memproses secara hukum tiga perusahaan yang diduga menyuap Gayus, seperti KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Padahal, Gayus telah mengakui telah menerima uang 3.000.000 dollar AS dari perusahaan tersebut.

"Kepolisian seolah tutup kuping dari kesaksian Gayus di persidangan terkait kepemilikan rekening Rp 28 miliar yang berasal dari KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Hingga saat ini kepolisian belum memproses ketiga perusahaan tersebut. Padahal, Gayus sudah menyatakan bahwa dia pernah membuat Surat Pemberitahuan Pajak Pembetulan tahun pajak 2005-2006 untuk KPC dan Arutmin. Alasan kepolisian belum memproses kasus ini adalah belum cukup alat bukti. Alasan ini dinilai ICW mengada-ada. Kesaksian Gayus di persidangan dinilai sudah cukup menjadi sebuah alat bukti yang sah di mata hukum," kata Donald.

Keempat, Kompol Arafat dan AKP Sri Sumartini sudah divonis bersalah. Namun, petinggi kepolisian yang pernah disebut-sebut keterlibatannya oleh Gayus belum diproses sama sekali. "Pihak kepolisian melokalisir kasus ini hanya sampai perwira menengah. Baik Kompol Arafat maupun AKP Sumartini seolah dijadikan tumbal dalam kasus tersebut. Padahal, mereka hanyalah pemain kecil dan tidak berkedudukan sebagai pemegang keputusan. Polri terkesan melindungi keterlibatan para perwira tinggi," kata Donald.

Kelima, Kepolisian menetapkan Gayus, Humala Napitupulu, dan Maruli Pandapotan Manulung sebagai tersangka kasus pajak PT SAT. Namun, penyidik tak menjerat atasan mereka yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. "Hal ini merupakan bagian dari konspirasi tebang pilih penegak hukum kepada pelaku kecil dan tidak memiliki posisi daya tawar yang kuat. Selain ketiga tersangka tersebut, berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pajak No: KEP-036/PJ.01/UP.53/2007, paling tidak ada dua nama yang seharusnya juga bertanggung jawab, yaitu Kepala Subdirektorat Pengurangan dan Keberatan Johny Marihot Tobing dan Direktur Keberatan dan Banding Bambang Heru Ismiarso," kata Donald.

Keenam, pada 10 Juni 2010 Mabes Polri menetapkan Jaksa Cirus Sinaga dan Poltak Manulang sebagai tersangka kasus suap dalam kasus penggelapan pajak yang dilakukan Gayus. Namun, tiba-tiba, status Cirus berubah menjadi saksi. "Perubahan status ini dicurigai sebagai bentuk kompromi penegak hukum untuk menjerat pihak-pihak yang sebenarnya diduga terlibat. Hal ini amat mungkin terjadi karena dimensi kasus Gayus yang amat luas hingga pada petinggi kepolisian," kata Donald.

Ketujuh, Kejagung melaporkan Cirus ke kepolisian terkait bocornya rencana penuntutan. Namun, hal ini bukan karena kasus dugaan suap Rp 5 miliar dan penghilangan pasal korupsi serta pencucian uang dalam dakwaan pada kasus sebelumnya. "Di satu sisi, langkah Kejagung ini menimbulkan pertanyaan, kenapa yang dilaporkan adalah kasus bocornya rentut, bukan kasus penghilangan pasal korupsi dan pencucian uang. Langkah ini diduga sebagai siasat untuk melokalisir permasalahan dan mengorbankan Cirus seorang diri," kata Donald.

Kedelapan, Dirjen Pajak enggan memeriksa ulang pajak perusahaan yang diduga pernah menyuap Gatys karena menunggu novum baru. Padahal, menurut Donald, pernyataan Gayus perihal uang sebesar 3.000.000 dollar AS diperolehnya dari KPC, Arutmin, dan Bumi Resource, bisa dijadikan sebuah alat bukti karena disampaikan dalam persidangan.

Kesembilan, Gayus keluar dari Mako Brimob ke Bali dengan menggunakan identitas palsu. Menurut Donald, hal ini menunjukkan dua kejanggalan. Pertama, kepolisian tidak serius mengungkap kasus Gayus hingga tuntas sampai ke dalang sesungguhnya. Kepolisian juga belum tuntas untuk mencari persembunyian harta Gayus sehingga konsekuensinya dia begitu mudah bisa menyogok aparat penegak hukum. Kedua, Gayus memiliki posisi daya tawar yang kuat kepada pihak-pihak yang pernah menerima suap selama dia menjadi pegawai pajak.

Kesepuluh, Polri menolak kasus Gayus diambil alih KPK. Padahal, kepolisian terlihat tak serius menanggani kasus tersebut. Penolakan ini telah terjadi sejak Maret 2010.

DAlam kasus Gayus saya berpendapat bahwa bukan hanya gayus yang melakukan pelanggaran etika namun dari pihak - pihak tertentu.


Kesadaran akan Etika Profesi
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama Mereka membentuk suatu profesi yang disatukan dengan latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.
Seperti kita ketahui masing-masing profesi itu mempunyai Etika Profesi atau Kode Etiknya, seperti Kode Etik Akuntan, Kode Etik Hukum, Kode Etik Kedokteran dan sebagainya.

Kode Etik Ikatan Akuntan
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.

Kesadaran akan Etika Profesi
Secara garis besar test dan penilaian tersebut dilakukan terhadap dua faktor yang menjadi dasar karakter bagi profesional yang terkait, yaitu Kompetensi dan Integritas. Contohnya :
Faktor Kompetensi meliputi :
1. Pengetahuan yang memadai dan relevan dengan jabatannya
2. Pemahaman tentang peraturan perundang-undangan dibidang
nya dan yang berhubungan dengan usahanya
3. Pengalaman dan keahlian dibidangnya dan atau bidang lain
lain yang relevan dengan jabatan yang akan diduduki
4. Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam
rangka pengembangan usaha perusahaan yang sehat.
Kesadaran akan Etika Profesi
Contoh lain : bagi Akuntan Publik juga mempunyai tanggung-jawab profesi. Tanggung-jawab ini meliputi tanggung-jawab untuk mematuhi standar/ketentutan yang telah disepakati bersama oleh semua anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) , termasuk tanggung-jawab untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum , standar auditing yang ditetapkan oleh IAI dan Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka seperti Publik,Integritas, Obyektivitas , Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional , Kerahasiaan Perilaku Profesional, Standar Teknis . Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi


Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
TANGGUNG JAWAB TERHADAP INTEGRITAS
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional.
TANGGUNG JAWAB TERHADAP OBYEKTIVITAS
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:
Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.

Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.

Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.

Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.

Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
TANGGUNG JAWAB TERHADAP KERAHASIAAN
Setiap anggota harus, menghormati ke rahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya
TANGGUNG JAWAB PROFESI KEDOKTERAN
Terdapat pada sumpah kedokteran yang terdapat dalam pasal 62 ayat 1 & 2 yang berbunyi:
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

1.Melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu kedokteran atau kedokteran gigi dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan dokter atau dokter gigi.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan taat kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya ″.

Janji dokter paragraf 4 pasal 48 Tentang kerahasiaan

Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran

Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Mentri







MY FRIENDS

Bila aku mngingat kampus kepalaku langsung pusing,mungkin kalau bisa di bilang berasap kali…maklum jadwal kami yang sangat padat yaitu kuliah sambil kerja dan kuliah dari hari senin sampai minggu mem buat jenuh. Tapi ada hal yang membuat rasa jenuh dan BT itu hilang yaitu dengan bertemu dengan teman-teman 3 EB10 yang membuat hatiku terhibur dengan kekonyolan, dan banyolan banyolan yang menurut orang lain tidak berarti tetapi buat aku itu hal yang sangat berharga,untuk memulihkan rasa jenuh(kayak lagu Roi Febrian).

Teringat jelas kepribadian masing-masing temanku yang tidak ingin kulupakan.

Rika…hmmmm…kalau ngomong tentang dia gak ada habisnya, dia orang jawa tapi cerewetnya minta ampun.hufffppphhh…dulu aku begitu kenal dengan dia karena dia anak transferan kelas pagi.pertama aku melihat dia menarik,pendiam dan agak jaim gitu. Dia sering aku lihatin karna tiap liat david dia kayaknya bingung. Akupun ikut bingung dia ini lihat temenku bingung karna temenku jenius apa dia bingung liat tingkah dan cara bercanda kami yang agak konyol….aku sih mikirnya gitu.

Tiap dia masuk kekelas tidak pernah tepat waktu, dia pasti telat dan talatnya gak nanggung-nanggung aku memang kurang begitu dekat dengan dia waktu itu aku cuek aja dan tidak mau tau siapa dia, ada apa dengan dia atau yang lainya juga karena menurutku dia manusia paling aneh di kelas. Aupun tidak pernah ngobrol denganya. Paling-paling yang dia temenin david temenku. Dan aku mendengar dari anak2 yang lain dia memang manusia aneh, maka dari situ aku menyimpulkan dia memang sangat aneh dia bagaikan manusia palanet.pada bulan ke 3 dia mulai dekat dengan teman2ku yang lain tapi bukan degan aku, aku banyak mendegar dari teman2 yang lain bahwa dia punya pacar, itu sebabnya dia selalu telat masuk kuliah, dari situ aku sangat tidak respek dengan dia karna menurutku orang yang pacaran dan mengesampingkan kuliah dia menyia2kan waktunya. Semakin lama aku lumayan dekat dengan dia dan aku sedikit banyak tau tentang pacarnya.hhhmmmm.....banyak hal yang tidak aku suka..tapi itu hanya dalam hatiku aja. Aku slalu berpikir aku merasa seperti ini mungkin karna aku pernah di hianati laki-laki .tapi pada akhir semester 3 dia nginap di tempat kosku disitu aku banyak cerita tentang aku kebetulan waktu itu aku habis dirawat. Aku cerita banyak hal pengalaman hidupku ke dia. Dia berusaha membuatku tegar, aku salalu bilang kamu bisa bicara karena kejadian itu tidak terjadi pada dirimu tapi dia membatahku, setelah beberapa hari kemudian dia menelponku sambiol menangis,bahwa dia talh dihianati seorang laki2. Aku sangat benci dengan laki2 itu rasanya pengen aku gampar aja itu cowok.kali ini aku melihat air matanya sangat deras seperti sungai nill dan gangga, ampun deh aku tidak mau menasehati dia karena aku tau sakitnya seperti apa,aku suruh aja dia mengis sepuassssssssssnyaa..biar lega ehh..beneran dia nagisss…depan orang banyak.hahhh..udah ahh…cerita sedihnya sampai disini aja.sekarang kita cerita sifatnya aja yang gak kalah menariknya, one,two,three……

Yeaaappp..ini dia, wao dia mmm..dia itu gila film korea,setelah aku bareng kos ma dia hidupku bagaikan kelelawar karena tiap malam dia ngajak aku nonton film korea pertama sih aku cuek aja karena aku kurang begitu suka nonton, karena suka kepikir sendiri. Ehh…waktu pertama aku ngantukk bangat nungguin dia nonton film koreanya, aku pun heran dan ingin tau isi film itu lalu dia cerita dan aku sambil nonton ehh ..ternyata aku pun tidak jauh beda gilanya sama dia. Dari situ hidup kami tidak teraturan kami selalu tidur jam 2 subuh. Kekantor pun telat, semunya telat…

Tapi kami tidak pernah mengeluh, malah pergi kerja di tempat kerja chating dan telp ma dia masih nogmongin film yang kami ton2 tadi malamnya. Biasanya orang yang suka nonton film korea itu kenbanyakan sih pasti sedih dan nangis tapi yang satu ini emang beda dia gak pernah nangis,hupphhh dalam hatiku dia memang tetap seperti yang dulu dasar manusia anehh…

Yang paling aneh lagi kalau tidur susah bangattt….kadang malam2 dia suka sms aku “nita…aku mau tidur sama kamu kamu masih bangun gak??” tapi kalau dah tidur bangunya susaaaaaahh bangett..ampun deh, kadang aku mutar musik denga suara keras trus ngetok2 pintu dia pagi2 di buka habis itu dia tidur lagi. Dia gak pernah bangun langsung mandi atau duduk kita mesti nunggu 2 jam baru dia bisa normal. diajak ngobrol , duduk kalau nggak tidurrr aja di tempat tidur.aaahhh dasar manusia anehh

Hal yang tidak aneh adalah dia sering boongin aku, ha..ha…kalau nelp lamaaa banget…itu hal yang paling aku gak suka ma dia kerjaanya pasti nelp dan pasti pergi jauh, kadang aku berpikir emang semua yang di omongin rahasia semua? hingga gak bisa kedengaran sama orang lain bahkan sama aku sedikitpun. Kalau dah nelp berjam2 dan lupa teman.aku benci kalau ada orang yang nelp dia, yang ada di pikiranku dia pasti di telp ma pacarnya . kadang aku pengen ngomong kenapa kamu harus jauh? Aku benci sama dia bukan karena dia pacaran atau hubungan seperti apa Cuma aku pengen aku jadi teman baik buatnya hanya . aku slalu certia hidpku,kelaurgaku,manatan pacarku semuanya padanya,tapi kenapa hanya tel aja dia selalu jauh dariku untuk hal ini sobat aku tidak suka,jujur aku benci. Huuuufffppp dia orangnya suka ngambek kayak anak bocah suka marah. Tapi banyak hal yang aku petik dari dia banyak hal yang aku pelajari dari sifatnya, salah satunya adalah dia mau mengakui kelemahanya dan dia jujur tentang kelemahanyha, meskipun dia bilang dia tidak bisa joget tapi dia pintar nyanyi dan sebenarnya aku suka jika melihat dia joged dangdut karna emang dia sexi kalau joged dangdut.dia cantik,sexi. Dia punya komitmen dan prinsip,aku tau dia sangat sayang pada kedua orang tuanya.aku sangat terhibur bila bersama dia,karena emang dia sangat lucu,dimana ada dia pasti meriahhh kayak pasar senen..ha.ha..nggaklah yang pasti aku salalu tertawa bila bersama dia. mungkin kami sama gilanya ehh banyakan dia deng..hi..hii .

Aku pernah sakit hati padanya tapi dia malah cuekk bahkan dia tidak merasa kalau aku sedang marah samaa dia akhirnya aku jujur juga kalau aku pernah marah sama dia ehh dia malah ketawa2 dan bilang aku malah gak ngerasa kalau kamu marahh..hahh…sebel kan??udahlah emang dia anehhh..kann..??

Dia sahabat terbaik bagiku dan aku ingin bukan hanya saat ini tapi untuk selamanya, aku tidak ingin merubah tulisanya ini “Dia sahabat terbaikku”

Meskipun hidupnya sampai saat ini adalah misteri buatku,karena udah beberapa tahun aku bersamanya aku tidak pernah tau tentang keluarganya dan hidupnya percintaanya,pilihanya,cita2nya,semunya aku hanya dia ajak tertawa.kadang aku berpikir kapan dia nagisnya?? Ohh..ia dia nangis mungkin kalau di hianati cowok,karena hanya waktu itu yang pernah aku lihat dia pernah menagis…gila..ya…aku slalu berpikir dia ini terbuat dari apa?? Jangan2 air matanya bisa jadi obat kali atau bisa di jual makanya dia iritttt..rit..ritt..rit. aku tidak berlebihan ya..menurutku wajar aja karena dia begitu misterius jadi aku tidak pernah tau siapa dia, ya..lebih baik aku berpikir seperti itu biar gak penasaran tentang dia.

Banyak hal tentang dia yang belum aku tulis …tapi intinya semua aku sangat senang bertemu dengan dia dan intinya “DIA TETAP ANEHHHH,dan HIDUPNYA BIARLAH TETAP MISTERIUS BAGIKU SUATU SAAT NANTI AKU YAKIN AKU AKAN TAU KENAPA DIA BEGITU MISTERIUS BUATKU”







Di bawah ini disajikan suatu penelitian ilmiah mengenai besarnya pengaruh biaya variabel terhadap keputusan manajemen pada PT.ABC. Penelitian ilmiah yang diberi judul "Analisis Biaya Variabel Produk Rolling Oil Sebagai Pengambilan Keputusan Manajemen PT.ABC terhadap Kelayakan Produksi Produk Rolling Oil”oleh Anita Simarmata, mahasiswa Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.





BAB I
1.1 Latar Belakan Masalah
Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal,nama baik dimata publik serta kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mendukung tujuan tersebut di perlukan tersedianya modal,sumber daya manusia yang berkualitas dan kegiatan yang bejalan dengan baik. Proses pencapaian tujuan tersebut melalui serangakaian operasianal yang bersifat ekonomis, efesien dan efektif. Dengan timbulnya persaingan yang semakin ketat, pihak managemen perusahaan dituntut untuk dapat menganalisis keuangan perusahaan sehari-hari sehingga tujuan perusahaan tersebut dapat terealisasi. Salah satu tujuaannya adalah mengoptimalkan laba. Oleh karena itu manajemen dalam pengambilan keputusan akan dihadapkan salah satunya adalah perencanaan laba. Dalam persoalan ini, manajemen harus memahami kaitan antara biaya, pendapatan dan laba untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan. Kunci untuk memahami pelaksanaan dan perencanaan laba ini terletak pada perilaku struktur biaya dari suatu jenis usaha.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Setiap perusahaan manufaktur menggunakan proses produksi yang berbeda yaitu proses produksi berdasarkan pesanan dan juga proses produksi untuk memenuhi persediaan gudang. Biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi disebut dengan biaya produksi yang akan membentuk harga pokok produksi. Harga pokok produksi ini mempunyai manfaat yang salah satunya adalah menentukan harga jual yang tepat
Dalam perusahaan manufaktur ada beberapa penggolongan biaya berdasarkan perilakunya dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan:

1. Biaya Tetap
2. Biaya variable
3. Biaya semi variabel.
Dari tiga biaya tersebut biaya variabel sangatlah penting untuk pengambilan keputusan manajemen karena hal tersebut mempengaruhi dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan .Jika harga jual perunit suatu pesanan khusus lebih besar daripada biaya variabel perunit pesanan khusus maka suatu pesanan tersebut sebaiknya diterima. Begitu juga sebaliknya apabila harga jual perunit lebih kecil daripada biaya variabel perunit sebaiknya pesanan khusus tersebut sebaiknya ditolak..
Dengan adanya analisis biaya variabel maka akan membantu pihak manajemen untuk mengetahui kelayakan produk pada suatu perusahaan manufaktur. Salah satu perusahaan manufaktur yang menerapkan analisis biaya variabel pada produksinya yaitu PT.ABC. Dalam pengambilan keputusan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan atau pengambilan keputusan pada PT.ABC dengan menganalisis biaya variabel apakah produk Rolling Oil layak untuk dijual secara profit berbanding costnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk memilih judul “Analisis Biaya Variabel Produk Rolling Oil Sebagai Pengambilan Keputusan Manajemen PT.ABC terhadap Kelayakan Produksi Produk Rolling Oil”

1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah layak Produk Rolling Oil untuk di teruskan produksinya jika laba terhadap produk tersebut terus turun?
2. Apakah pertimbangan dari manajemen untuk meneruskan produksi Rolling Oil sudah tepat jika laba produk tersebut terus menurun?
3. Seberapa besar pengaruh biaya variable terhadap pengambilan keputusan manajemen tersebut?
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang tidak terarah dan mengakibatkan tidak tepatnya tujuan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada analisis Biaya Variabel Produk Rolling Oil Sebagai Pengambilan Keputusan Manajemen PT.ABC terhadap Kelayakan Produksi Produk Rolling Oil.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu:
1. Menguji kelayakan produksi Rolling Oil untuk di teruskan atau tidak jika laba terhadap produk tersebut terus menurun.
2. Mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang dipakai oleh pihak manajemen untuk meneruskan produksi Rolling Oil sudah tepat jika laba produk tersebut terus menurun.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh biaya variable terhadap pengambilan keputusan manajemen tersebut.

1.5. Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan dan memperluar wawasan penulis mengenai biaya variable
2. bagi perusahaan memberikan masukan dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya khususnya dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan produski suatu produk dilihat dari biaya variabelnya.
3. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang akan datang.

1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Objek Penelitian
Dalam penulisan ilmiah ini, untuk memperoleh data dan kesimpulan yang obyektif dan memenuhi permasalahan yang akan dibahas, maka dilakukan berbagai cara untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan metode penulisan sebagai berikut :
a. Study Kepustakaan (Library Research)
Riset dengan mengadakan penelitian kepustakaan dengan beberapa literatur yang berkaitan dengan penulisan guna membatasi permasalahan dalam penelitian ilmiah ini.
b. Study Lapangan (Field Research).
Kunjungan langsung pada obyek yang akan dikaji dengan cara :
 Interview (Wawancara).
Dengan mengadakan interview langsung ketempat penelitian dan mengadakan wawancara dengan menanyakan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ilmiah ini.

 Observasi (Pengamatan).
Untuk melengkapi keterangan yang sudah didapat dari wawancara langsung, juga dilakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang berhubungan dengan penelitian.



1.6.2. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar pembaca dapat dengan cepat mengetahui isi penulisan ilmiah ini maka penulis akan memberikan gambaran dan penjelasan secara menyeluruh mengenai apa saja yang akan penulis bahas pada masing-masing bab dalam penulisan ilmiah ini. Penulis akan memberikan pejelasan secara garis besarnya tentang isi masing-masing bab melalui pembahasan sisitematika penulisan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari enam sub bab. Uraian sub bab pertama kali diawali dengan latar belakan masalah, dilanjutkan dengan rumusan masalah,tujuan penulisan,metodologi penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini disajikan teori – teori yang berhubungan dengan biaya variabel dan penagrunya terhadap keputusan manajemen.
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSHAAN
Isi dari bab ini merupakan tinjauan perusahaan tentang organisasi PT.Golden Angin Nusa Sub bab ini manggambarkan tentang : Sejarah singkat perusahaan, Struktur organisasi perusahaan, Kegiatan usaha perusahaan.
BAB IV : Pada bab keempat membahas tentang kebijakan manajemen dipengaruhi oleh biaya variabel produk Rolling Oil pada manajemen PT.ABC.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kelima ini berisikan penutup yang memuat tentang kesimpulan, pendapat yang didasari oleh hasil analisa data, dan saran yang diberikan untuk perusahaan akan diungkapkan dalam bab ini.






BAB II

URAIAN TEORITIS


2.1. Tinjauan Umum Biaya

2.1.1. Definisi Biaya

Menurut Drs. Daljono, MSi. Akt, bahwa biaya adalah Kas atau setara dengan Kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang/jasa yang diperkirakan akan membawa manfaat saat ini atau masa yang akan datang.
Dalam buku akuntansi biaya (Buku 1, edisi13, 2006 penerbit Salemba Empat), akuntan mendefenisikan biaya sebagai “nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini.”
Sering kali istilah biaya (Cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi, beban dapat didefenisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba, atau sebagai: penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban diukur dengan nilai penurunan dalam aktiva atau peningkatan dalam utang yang berkaitan dengan produksi atau penyerahan barang dan jasa. Beban dalam arti luas termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Untuk membedakan antara biaya dan beban, bayangkan pembelian bahan baku secara tunai. Karena aktiva bersih tidak terpengaruh, tidak ada beban yang diakui.
Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, tetapi belum menjadi beban. Ketika perusahaan kemudian menjual bahan baku tersebut yang sudah diolah menjadi barang jadi, biaya dari bahan baku dibukukan sebagai beban di laporan laba rugi. Setiap beban adalah biaya, tetapi bukan (belum menjadi) beban.
Istilah biaya menjadi lebih spesifik bila deskripsinya dimodifikasi menjadi biaya langsung, biaya utama (prime cost), biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variable, biaya terkendali (controllable cost), biaya produk, biaya periode, biaya bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), atau biaya tunai (out of pocket). Setiap modifikasi mengimplikasikan atribut-atribut tertentu yang penting dalam pengukuran biaya. Setiap biaya tersebut dicatat dan diakumulasikan saat manajemen membebankan biaya ke persediaan, menyiapkan laporan keuangan, merencanakan dan mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan strategis, memilih diantara alternative, memotivasi karyawan, dan mengevaluasi kinerja. Akuntan yang terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan harus bekerja dengan biaya masa depan, biaya penggantian (replacement cost), biaya diferensial (differential cost), dan biaya oportunitas (opportunity cost), dimana tidak satupun dari biaya-biaya tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan eksternal.

21.2. Objek Biaya ( Cost Object)
Suatu objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost objective), didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut adalah item-item dan aktivitas-aktivitas yang dapat menjadi objek biaya :
Produk Proses
Batch dari unit-unit sejenis Departemen
Pesanan pelanggan Divisi
Kontrak Proyek
Lini produk Tujuan strategis
Konsep dari objek biaya adalah suatu terobosan ide di akuntansi. Pemilihan objek biaya memberikan jawaban atas pertanyaan paling mendasar tenteng biaya.
Karena begitu banyak penemuan, perencanaan, dan pengendalian biaya, system akuntansi biaya bersifat multidimensi. Misalnya, adalah perlu untuk membebankan biaya ke setiap unit produksi, tetapi, juga perlu untuk merencanakan dan mengendalikan biaya yang menjadi tanggung jawab manajer individual, berdasarkan departemen, geografis atau funfsional. Desain dari system akuntansi biaya dan implementasinya harus memperhatikan kebutuhan yang beragam ini.


A. Kemampuan untuk menelusuri Biaya ke Objek Biaya
Setelah objek biaya dipilih, pengukuran biaya sebagian besar bergantung pada kemampuan untuk menelusuri (traceability) biaya terhadap objek biaya. Kemampuan untuk menelusuri biaya menentukan seberapa objektif, dapat diandalkan, dan berartinya ukuran biaya yang dihasilkan, dan seberapa yakinnya mengambil keputusan dalam memahami dan mengandalkan ukuran biaya sebagai dasar untuk membuat prediksi dan mengambil keputusan.
Kemampuan untuk menelusuri biaya terhadap objek biaya bervariasi tingkatannya. Cara umum untuk membedakan karakter biaya adalah dengan memberikan label biaya langsung atau tidak langsung dari suatu objek biaya tetentu, seolah-olah hanya ada dua tingkat kemampuan penelusuran. Pada kenyataannya, tingkat kemampuan penelusuran ada pada suatu kontinum.
Untuk mengilustrasikan tingkat kemampuan penelusuran yang berbeda-beda disepanjang kontinum, objek biaya didefinisikan sebagai satu unit produk. Definisi ini adalah yang paling umum digunakan, misalnya ketika istilah biaya langsung dan biaya tidak langsung digunakan tanpa objek biaya tertentu, sudah menjadi tradisi untuk mengasumsikan bahwa satu unit produk adalah objek biayanya.
Pada tingkat ekstrim dari biaya yang dapat ditelusuri secara langsung adalah item-item yang secara fisik atau kontrak dapat diidentifikasikan sebagai komponen-komponen dari unit produk jadi. Misalnya, unit dapat diperiksa, ditimbang, dan diukur untuk menentukan jenis dan jumlah dari setiap bahan baku dan komponen yang menyusunnya, serta perjanjian royalty atau lisensi paten dapat dibaca untuk menemukan jumlah yang harus dibayar kepada pemilik paten untuk izin memproduksi unit tersebut. Ini adalah conth-contoh paling jelas untuk biaya langsung.
Di dekat ekstrim tersebut adalah biaya-biaya secara empiris dapat ditelusuri ke produksi unit dengan mengobservasi proses produksi. Hal ini termasuk : biaya tenaga kerja untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan biaya tenaga kerja untuk menangani bahan baku, pola kertas dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dari setiap unit tetapi secara fisik tidak menjadi bagian dari produk itu, serta sebagian dari biaya energi. Tentu saja, tidak semua item yang secara fisik maupun empiris dapat ditelusuri ke satu unit adalah cukup penting untuk menjustifikasi usaha yang diperlukan untuk menelusuri dan mencatatnya. Apakah penelusuran dijustifikasi atau tidak tergantung pada seberapa akurat biaya langsung yang diperlukan dan seberapa sulit atau mahalnya penelusuran tersebut. Untuk alasan itu, system akuntansi biaya umumnya memperlakukan hanya beberapa biaya sebagai biaya langsung, yaitu item-item yang memungkinkan untuk ditelusuri secara langsung ke unit produksi.
Diluar item-item yang secara fisik, kontrak atau empiris dapat ditelusuri, sedikit tingkat arbitrer mungkin masuk dalam usaha untuk mengidentifkasikan biaya tambahan untuk suatu unit produk. Misalnya, biaya bahan baku dan tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke sejumlah kecil unit rusak, yang bias saja diprodukdi bersamaan dengan unit-unit yang bagus. Biaya persiapan dapat diidentifikasikan ke satu unit produk di batch dengan cara alokasi :biaya persiapan dapat dibagi dengan jumlah unit actual yang diproduksi dalam satu batch, atau dengan jumlah normal, atau jumlah ideal. Sekali lagi pilihan arbitrer diperlukan bila biaya ini akan dialokasikan ke setiap unit produk. Yang perlu diperhatikan bahwa jika batch didefinisikan sebagai objek biaya, biaya persiapan dapat diklasifikasikan sebagai biaya langsung.

2.1.3 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar ang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :
1. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Produk (satu lot, batch, atau unit-unit dari suatu barang jadi atau jasa)
Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen : biaya manufaktur dan biaya komersial. Gambar 2-1 mengilustrasikan pembagian total biaya operasi dan mengidentifikasikan beberapa elemen yang termasuk dalam setiap divisi.



Gambar 2.1. Klasifikasi Biaya Dalam Hubungannya dengan Produk







A. Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Misalnya jumlah paku di mebel merupakan bagian integral dari barang jadi, tetapi karena biaya dari paku yang diperlukan untuk setiap mebel tidak signifikan, maka paku diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomatisasi, dua masalah sering muncul ketika usaha untuk mengidentifikasi tenaga kerja langsung sebagai elemen biaya yang terpisah dilakukan.
Pertama, pekerja yang sama yang melakukan berbagai tugas. Mereka dapat bergantian mengerjakan tugas tenaga kerja langsung kemudian tugas tenaga kerja tidak langsung secara cepat dan sering, sehingga biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung menjadi sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan.
Kedua, tenaga kerja langsung mungkin merupakan bagian yang tidak signifikan dari total biaya produksi, membuat hal tersebut menjadi sulit untuk menjustifikasi biaya tenaga kerja langsung sebagai elemen biaya terpisah. Dalam setting dimana satu atau kedua situasi tersebut ada, satu klasifikasi biaya konversi mencukupi, sehingga bahan baku langsung menjadi satu-satunya elemen biaya yang ditelusuri secara langsung ke produk.
Overhead pabrik, juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Contohnya adalah amplas, pola kertas, dan pelumas. Bahan baku tidak langsung juga bahan baku yang secara normal akan diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung. Ketika konsumsi bahan baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian biaya bahan baku tersebut sebagai biaya langsung menjadi sia-sia tidak ekonomis. Contohnya adalah paku, sekrup, mur, lem, dan staples. Perlengkapan pabrik, satu untuk bahan baku tidak langsung, terdiri atas oli pelumas, kain perca, dan sikat yang dibutuhkan untuk memelihara area kerja dan mesin tetap dalam kondisi siap pakai dan aman.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke kontruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan, dan biasanya, pekerja bagian gudang. Dalam bisnis jasa, tenaga kerja tidak langsung dapat memasukkan gaji resepsionis, operator telepon, pegawai yang melakukan penyimpanan dokumen, dan pegawai yang menangani barang.
Jika hanya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang ditelusuri ke setiap unit produk, tingkat kemampuan penelusuran lain juga berguna dalam memahami sifat dari biaya produksi. Hal ini diilustrasikan
Sebagian besar system akuntansi biaya memasukkan dalam overhead pabrik semua biaya manufaktur yang dapat ditelusuri ke unit atau lot output tertentu. Dalam system tersebut semua biaya manufaktur yang dapat ditelusuri langsung dalam sutu batch, satu pesanan pelanggan, satu fasilitas produksi, satu produk baru atau variasi produk, atau satu tujuan strategis, digabungkan dalam satu klasifikasi overhead, karena tidak ada dari biaya tersebut yang dianggap dapat ditelusuri langsung ke produk.
B. Beban komersial, beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar : beban pemasaran dan beban administratif (juga disebut beban umum dan administratif).
Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan pengiriman.
Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua beban tersebut dialokasikan sebagai beban administrative. Gaji dari wakil presiden direktur yang bertanggung jawab atas proses manufaktur dapat dianggap sebagai biaya manufaktur, dan gaji wakil presiden direktur yang bertnaggung jawab atas pemasaran dapat dianggap sebagai biaya pemasaran.

2. Biaya Dalam Hubungannya DenganVolume Produksi
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relative dalam jumlah. Kecendrungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan oleh manajemen jika manajemen ingin sukses merencanakan dan mengendalikan biaya.
A. Biaya Variabel
Menurut Drs. Daljono, Msi. Akt biaya variable adalah “biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi perubahan aktivitas”
Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan jumlah per unit yang relative konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung . berikut ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel:
 Perlengkapan
 Bahan yste
 Peralatan kecil
 Kerusakan, sisa dan beban reklamasi
 Biaya penerimaan
 Royalti
 Biaya komunikasi
 Upah lembur
 Penanganan bahan baku

Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya.
Dalam praktik, hubungan antara aktivitas bisnis dan biaya variabel terkait biasanya dianggap linear; yaitu, total biaya variabel diasumsikan meningkat dalam jumlah konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam aktivitas. Tetapi, hubungan actual jarang yang linear secara sempurna sepanjang rentang aktivitas yang mungkin. Efisiensi produktif biasanya berubah bila beban kerja sangat ringan atau sangat berat. Ketika volume aktivitas meningkat sampai batas tertentu, manajemen mungkin menambah mesin baru yang lebih efisien atau menggantikan mesin yang sekarang dengan mesin yang lebih produktif. Sebagai akibat dari factor-faktor tersebut, biaya per unit aktivitas biasanya berbeda pada tingkat aktivitas yang berbeda. Meskipun demikian, dalam rentang aktivitas yang terbatas, hubungan antara suatu aktivitas dengan biaya yang terkait bias mendekati liniaritas. Hubungan ini diilustrasikan dalam Gambar 2.2. Garis penuh (Garis B) mewakili biaya variabel actual pada semua tingkat aktivitas, dan garis putus-putus (garis A) mewakili biaya variabel yang dihitung pada semua tingkat aktivitas sebagaimana ditentukan dari observasi dalam rentang aktivitas yang relevan.
Dalam kasus-kasus seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.3, tariff biaya variabel yang konstan biasanya merupakan pendekatan yang memenuhi hubungan antara biaya variabel dan aktivitas terkait dalam rentang yang relevan. Tetapi untuk merencanakan dan mengendalikan biaya variabel secara efektif, kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya biaya harus sering ditinjau kembali untuk menentukan apakah biaya variabel per unit dari aktivitas tersebut telah berubah atau tidak. Saat kondisi-kondisi berubah atau tingkat aktivitas berada diluar rentang yang relevan, tarif biaya variabel baru harus dihitung.





Gambar 2.2 Biaya Variabel

B. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas meningkat atau menurun. Dengan kata lain, biaya per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat manajemen menegah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor operasi. Berikut adalah overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap :
 Gaji eksekutif produksi
 Depresiasi
 Pajak properti
 Amortisasi paten
 Asuransi property dan kewajiban
 Gaji satpam dan pegawai kebersihan
 Pemeliharaan dan perbaikan gedung bangunan
 Sewa
Meskipun beberapa biaya tampak sebagai biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel dalam jangka panjang. Jika semua aktivitas bisnis menurun sampai titik nol dan tidak ada prospek untuk kenaikan, perusahaan akan melikuidasi dan menghindari semua biaya. Jika aktivitas diharapkan untuk meningkat diatas aktivitas yang sekarang, biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani peningkatan volume yang diperkirakan. Misalnya, overhead pabrik memasukkan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi property, pajak property, semuanya secara umum dianggap sebagai biaya tetap. Jika manajemen memperkirakan permintaan atas produksi perusahaan meningkat di atas kapasitas sekarang, manajemen mungkin mengusahakan tambahan pabrik, peralatan, tenaga kerja tidak langsung, dan mungkin juga supervise untuk memproduksi tingkat output yang diinginkan untuk memenuhi permintaan. Tambahan tersebut meningkatkan tingkat pengeluaran atas setiap overhead pabrik.
Untuk alasan ini, satu jenis biaya tertentu sebaiknya diklasifikasikan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas. Rentang aktivitas yang terbatas ini sering disebut rentang yang relevan (relevant range). Total biaya tetap akan berubah diluar rentang yang relevan.







Gambar
2.3 menggambarkan perubahan dalam biaya tetap pada tingkat aktivitas dan rentang relevan yang berbeda.










Gambar 2.3. Biaya Tetap

Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan manajemen, Misalnya tingkat iklan dan jumlah sumbangan social ditentukan oleh manajemen dan tidak terkait langsung dengan aktivitas penjualan produksi. Pengeluaran yang demikian kadang-kadang disebut sebagai beban tetap diskresioner (discretionary fixed cost) atau biaya tetap terprogram (programmed fixed cost). Pengeluaran yang membutuhkan suatu seri pembayaran selama jangka waktu yang lama disebut biaya tetap terikat (committed fixed cost). Contoh-contohnya adalah beban bunga atas utang jangka panjang dan sewa jangka panjang.

C. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karateristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
Dua alasan adanya karakteristik semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran :
1. Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari perlengkapan atau jasa mingkin perlu dikonsumsi untuk memelihara kesiapan beroperasi. Di luar tingkat minimum biaya, yang biasanya tetap, tambahan biaya bervariasi terhadap volume.
2. Klasifikasi akuntansi, berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi, umumnya mengelompokkan biaya tetap dan biaya variabel bersama-sama. Misalnya, biaya mesin uap yang digunakan untuk memanaskan ruangan, yang bergantung pada kondisi cuaca, dan biaya mesin uap yang digunakan untuk proses produksi, yang bergantung pada volume produksi, mungkin dibebankan ke perkiraan yang sama, sehingga mengakibatkan tercampurnya biaya tetap dan biaya variabel dalam perkiraan yang sama.
Biaya semivariabel diilustrasikan dalam grafik Gambar 2.4. Garis penuh di Gambar 2.4 mewakili biaya aktual dari setiap tingkat aktivitas. Dalam ilustrasi ini garis biaya actual (garis C) tidak linear. Situasi ini dapat terjadi karena penggunaan teknik produksi atau peralatan yang berbeda dan atau karena utilisasi kapasitas yang berbeda pada tingkat aktivitas yang berbeda. Garis putus-putus bersifat linear dan mewakili komponen biaya tetap dan biaya total dari hasil hitungan, sebagaimana ditentukan dari observasi dalam rentang yang relevan. Total biaya variabel yang diestimasikan adalah selisih antara titik-titik di garis B dengan titik-titik di garis A. Dimana garis B dan garis C berpotongan, asumsi linear hamper mendekati hubungan actual. Penggunaan biaya tetap dan tariff biaya variabel hasil kalkulasi di tingkat aktivitas di luar rentang yang relevan akan menghasilkan estimasi yang tidak dapat diandalkan.







Gambar 2.4. Biaya Semivariabel

3. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subsidi lain dari manufaktur
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Saat produk melalui suatu departemen atau pusat biaya, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung (biasanya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung) dan sebagian biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik)
Untuk mencapai tingkat pengendalian tertinggi, manejer departemen sebaiknya berpartisifasi dalam pengembangan anggaran untuk depertemen atau pusat biaya mereka masing-masing. Anggaran tersebut sebaiknya dengan jelas mengidentifikasikan biaya-biaya yang keputusannya berada ditangan manejer tersebut dan manejer itu menerima tangung jawab atas biaya tersebut. Di akhir pelaporan, efisiensi dari suatu departemen dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dapat diukur dengan cara membandingkan hasil actual dengan anggaran.
B. Departemen Produksi dan Departemen Jasa
Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Jika dua atau tiga jenis mesin yang berbeda melakukan operasi pada suatu produk dalam departemen yang sama, maka mungkin untuk meningkatkan akurasi dari biaya produk dengan membagi departemen tersebut menjadi dua pusat biaya atau lebih.
Di departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa yang lain. Meskipun departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya produk. Departemen jasa yang umum di beberapa organisasi adalah departemen pemeliharaan, departemen penggajian, departemen akuntasi biaya, departemen pemrosesan data, dan departemen catering.
Dalam hubungannya dengan bahan baku dan tenaga kerja, istilah langsung mengacu pada biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke satu unit output. Berbeda dengan biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan unit output tertentu. Dalam sistem klasifikasi seperti itu, output tertentu adalah objek biayanya. Istilah langsung dan tidak langsung juga dapat digunakan dalam hubungan dengan pembebanan biaya overhead ke departemen di organisasi manapun. Jika suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal, maka biaya tersebut disebut sebagai biaya langsung departemen, gaji dari supervisor departemen merupakan salah satu contoh. Jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut, maka biaya itu disebut sebagai biaya tidak langsung departemen, sewa gedung dan biaya penyusutan gedung merupakan contohnya. Dalam system klasifikasi biaya ini, departemen adalah objek biayanya.
Biaya dari departemen jasa juga terdiri atas biaya tidak langsung untuk departemen lain. Ketika semua biaya departemen jasa telah dialokasikan, biaya overhead setiap departemen produksi akan terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung dari departemen itu sendiri serta bagian beban yang diterima dari departemen jasa.

B. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost)
Biaya bersama (Common Cost) dan biaya gabungan (Joint Cost) adalah jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi banyak departemen atau segmen. Tingkat segmentasi meningkatkan kecendrungan semakin banyak biaya menjadi biaya bersama. Misalnya, gaji dari wakil presiden direktur pemasaran biasanya bukan merupakan biaya bersama yang dibagi dengan departemen sumber daya manusia. Tetapi jika departemen pemasaran memberikan jasanya ke beberapa segmen dari perusahaan, maka biaya tersebut dapat dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi dengan segmen-segmen tersebut.
Biaya gabungan (Joint Cost)terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. Industri pengepakan daging, minyak dan gas, serta minuman keras, merupakan contoh-contoh bagus dari proses produksi yang melibatkan biaya gabungan. Dalam industri-industri tersebut, biaya gabungan dapat dialokasikan ke produk gabungan hanya dengan perhitungan arbitrer. Data yang dihasilkan dari alokasi biaya gabungan harus diberlakukan dengan hati-hati dalam pengambilan keputusan.

4. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (Capital Expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (Revenue expenditure). Suatu pebgeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aktiva akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya.
Membedakan antara pengeluaran modal pengeluaran pendapatan adalah penting untuk membandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukur laba periodic. Tetapi pembedaan yang akurat antara kedua klasifikasi tidak selamanya memungkinkan. Dalam banyak kasus, klasifikasi awal bergantung pada manajemen terhadap pengeluaran tersebut dan karakteristik dari operasi perusahaan. Jumlah dari pengeluaran dan banyaknya catatan rinci yang diperlukan merupakan factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kedua klasifikasi tersebut. Misalnya tong sampah yang dibeli seharga $10 per tong dapat dicatat sebagai beban, meskipun secara teknis tong sampah tersebut adalah aktiva karena dapat digunakan selama bertahun-tahun.

5. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Suatu Keputusan, Tindakan atau Evaluasi
Ketika suatu plihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternative-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Pertimbangan atas item-item yang tidak relevan merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari item-item relevan, yang lebih penting, factor yang tidak relevan bias saja disalahartikan sebagai factor yang relevan.
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternative. Biaya diferensial sering kali disebut biaya marjinal atau biaya incremental. Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternative tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagi biaya tunai yang berkaitan dengan alternative itu. Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternative tertentu diambil disebut biaya oportunitas dari alternatif tersebut. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam (Sunk Cost). Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu produk atau divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut bias saja tidak terpengaruh dengan keputusan itu, biaya seperti itu disebut biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari, justru relevan terhadap pengambilan keputusan.


3. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subsidi lain dari manufaktur
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Saat produk melalui suatu departemen atau pusat biaya, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung (biasanya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung) dan sebagian biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik)
Untuk mencapai tingkat pengendalian tertinggi, manejer departemen sebaiknya berpartisifasi dalam pengembangan anggaran untuk depertemen atau pusat biaya mereka masing-masing. Anggaran tersebut sebaiknya dengan jelas mengidentifikasikan biaya-biaya yang keputusannya berada ditangan manejer tersebut dan manejer itu menerima tangung jawab atas biaya tersebut. Di akhir pelaporan, efisiensi dari suatu departemen dan keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dapat diukur dengan cara membandingkan hasil actual dengan anggaran.
B. Departemen Produksi dan Departemen Jasa
Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Jika dua atau tiga jenis mesin yang berbeda melakukan operasi pada suatu produk dalam departemen yang sama, maka mungkin untuk meningkatkan akurasi dari biaya produk dengan membagi departemen tersebut menjadi dua pusat biaya atau lebih.
Di departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa yang lain. Meskipun departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya produk. Departemen jasa yang umum di beberapa organisasi adalah departemen pemeliharaan, departemen penggajian, departemen akuntasi biaya, departemen pemrosesan data, dan departemen catering.
Dalam hubungannya dengan bahan baku dan tenaga kerja, istilah langsung mengacu pada biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke satu unit output. Berbeda dengan biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan unit output tertentu. Dalam sistem klasifikasi seperti itu, output tertentu adalah objek biayanya. Istilah langsung dan tidak langsung juga dapat digunakan dalam hubungan dengan pembebanan biaya overhead ke departemen di organisasi manapun. Jika suatu biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal, maka biaya tersebut disebut sebagai biaya langsung departemen, gaji dari supervisor departemen merupakan salah satu contoh. Jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut, maka biaya itu disebut sebagai biaya tidak langsung departemen, sewa gedung dan biaya penyusutan gedung merupakan contohnya. Dalam system klasifikasi biaya ini, departemen adalah objek biayanya.
Biaya dari departemen jasa juga terdiri atas biaya tidak langsung untuk departemen lain. Ketika semua biaya departemen jasa telah dialokasikan, biaya overhead setiap departemen produksi akan terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung dari departemen itu sendiri serta bagian beban yang diterima dari departemen jasa.

B. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost)
Biaya bersama (Common Cost) dan biaya gabungan (Joint Cost) adalah jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi banyak departemen atau segmen. Tingkat segmentasi meningkatkan kecendrungan semakin banyak biaya menjadi biaya bersama. Misalnya, gaji dari wakil presiden direktur pemasaran biasanya bukan merupakan biaya bersama yang dibagi dengan departemen sumber daya manusia. Tetapi jika departemen pemasaran memberikan jasanya ke beberapa segmen dari perusahaan, maka biaya tersebut dapat dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi dengan segmen-segmen tersebut.
Biaya gabungan (Joint Cost)terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. Industri pengepakan daging, minyak dan gas, serta minuman keras, merupakan contoh-contoh bagus dari proses produksi yang melibatkan biaya gabungan. Dalam industri-industri tersebut, biaya gabungan dapat dialokasikan ke produk gabungan hanya dengan perhitungan arbitrer. Data yang dihasilkan dari alokasi biaya gabungan harus diberlakukan dengan hati-hati dalam pengambilan keputusan.

4. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Periode akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (Capital Expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (Revenue expenditure). Suatu pebgeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aktiva akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya.
Membedakan antara pengeluaran modal pengeluaran pendapatan adalah penting untuk membandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukur laba periodic. Tetapi pembedaan yang akurat antara kedua klasifikasi tidak selamanya memungkinkan. Dalam banyak kasus, klasifikasi awal bergantung pada manajemen terhadap pengeluaran tersebut dan karakteristik dari operasi perusahaan. Jumlah dari pengeluaran dan banyaknya catatan rinci yang diperlukan merupakan factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kedua klasifikasi tersebut. Misalnya tong sampah yang dibeli seharga $10 per tong dapat dicatat sebagai beban, meskipun secara teknis tong sampah tersebut adalah aktiva karena dapat digunakan selama bertahun-tahun.

5. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Suatu Keputusan, Tindakan atau Evaluasi
Ketika suatu plihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternative-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Pertimbangan atas item-item yang tidak relevan merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari item-item relevan, yang lebih penting, factor yang tidak relevan bias saja disalahartikan sebagai factor yang relevan.
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternative. Biaya diferensial sering kali disebut biaya marjinal atau biaya incremental. Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternative tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagi biaya tunai yang berkaitan dengan alternative itu. Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternative tertentu diambil disebut biaya oportunitas dari alternatif tersebut. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam (Sunk Cost). Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu produk atau divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut bias saja tidak terpengaruh dengan keputusan itu, biaya seperti itu disebut biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang dapat dihindari, justru relevan terhadap pengambilan keputusan.

Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang sebagai sebuah penelitian survei (survey research), keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris tak dapat dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita.
 
Apa itu populasi penelitian? Apa itu sampel dan bagaimana kaitan antara populasi dan sampel dalam sebuah penelitian? Simak uraian-uraian di bawah ini.
 
 
KONSEP DASAR POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
 
Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated). Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena itu, populasi juga sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian komunikasi) bisa berupa orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik analisis isi (content analysis).
 
Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Sebagai contoh, misalnya kita akan meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad dan kita hanya akan memokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembaga-lembaga kemahasiswaan, maka seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad adalah populasi sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan adalah populasi sasaran.
 
Konsep lainnya yang harus dipahami-dan tidak boleh dikelirukan- adalah jumlah populasi (population numbers) dan ukuran populasi (population size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad (Fikom Unpad), maka jumlah populasinya adalah satu, yakni kategori mahasiswa. Sementara itu, jika kita meneliti sikap sivitas akademika Fikom Unpad terhadap kebijakan rektor dalam menaikkan biaya pendidikan, maka jumlah populasinya sebanyak kategori yang terkandung dalam konsep sivitas akademika, misalnya terdiri dari kategori mahasiswa, dosen, dan staf administratif. Jadi, jumlah populasinya ada tiga. Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N. Misalnya, ketika kita meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fikom Unpad, maka jumlah populasinya adalah satu dan ukuran populasinya 8.236 orang (sesuai dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi di Fikom Unpad).
 
Jika kita menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka penelitian kita disebut sensus. Sensus merupakan penelitian yang dianggap dapat mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka gambaran tentang populasi tersebut secara utuh dan menyeluruh akan diperoleh. Oleh karena itu, sebaik-baiknya penelitian adalah penelitian sensus. Namun demikian, dalam batas-batas tertentu sensus kadang-kadang tidak efektif dan tidak efisien, terutama jika dihubungkan dengan ketersedian sumber daya yang ada pada peneliti. Misalnya, bila dikaitkan dengan fokus penelitian, keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.
 
Dalam keadaan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan sensus, maka peneliti boleh mengambil sebagian saja dari unsur populasi untuk dijadikan objek penelitiannya atau sumber data. Sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian itu disebut sampel. Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu, jika kita menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang akan kita peroleh adalah ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi, tetapi ciri-ciri sampel itu harus dapat digunakan untuk menaksir populasi. Ciri-ciri sampel disebut statistik. Sama halnya dengan populasi, dalam sampel pun ada konsep jumlah sampel dan ukuran sampel. Jumlah sampel adalah banyaknya kategori sampel yang diteliti yang dilambangkan dengan huruf k, yang jumlahnya sama dengan jumlah populasi (k=K). Sedangkan ukuran sampel (dilambangkan dengan huruf n) adalah besarnya unsur populasi yang dijadikan sampel, yang jumlahnya selalui lebih kecil daripada ukuran populasi (n 
Karena data yang diperoleh dari sampel harus dapat digunakan untuk menaksir populasi, maka dalam mengambil sampel dari populasi tertentu kita harus benar-benar bisa mengambil sampel yang dapat mewakili populasinya atau disebut sampel representatif. Sampel representatif adalah sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relatif sama dengan ciri karakteristik populasinya. Tingkat kerepresentatifan sampel yang diambil dari populasi tertentu sangat tergantung pada jenis sampel yang digunakan, ukuran sampel yang diambil, dan cara pengambilannya. Cara atau prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut teknik sampling.
 
 
UKURAN SAMPEL
 
Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil dari populasi, sebagaimana diungkapkan di atas, merupakan salah satu faktor penentu tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Pertanyaannya, berapa besar sampel harus diambil dari populasi agar memenuhi syarat kerepresentatifan?
 
Dalam menentukan menentukan ukuran sampel (n) yang harus diambil dari populasi agar memenuhi persyaratan kerepresentatifan, tidak ada kesepakatan bulat di antara para ahli metodolologi penelitian (hal ini wajar, sebab dalam dunia ilmu yang ada adalah sepakat untuk tidak sepakat asal masing-masing konsisten dengan rujukan yang digunakannya, sehingga ilmu itu bisa terus berproses dan berkembang). Pada umumnya, buku-buku metodologi penelitian menyebut angka lima persen hingga 10 persen untuk menegaskan berapa ukuran sampel yang harus diambil dari sebuah populasi tertentu dalam penelitian sosial. Pendapat ini tentu saja sulit untuk dijelaskan apa alasannya jika ditinjau dari aspek metodologi penelitian.
 
Sehubungan dengan hal itu, I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989), menyatakan bahwa sebelum kita menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:
1.      Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tinggi tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.
2.      Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi, terutama digunkan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α  yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,05.
3.      Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian. Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskripti; penyajian data menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau lebih dimana pasti mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi kotingensi. Jika kita menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil dibandingkan apabila kita menggunakan rancangan analisis statistik deskriptif saja. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif.
4.      Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain. (Catatan: Alasan ke-4 ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan peneliti (tanpa akhiran an) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi).
 
Selain mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.
  
Rumus Slovin:
                                                              N
                                                n =    ———
                                                        1  + Ne²
Keterangan;
n          = ukuran sampel
N          = ukuran populasi
e         =    kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
 
Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus digunakan.
 
                                                   N
                                    n =    ———–
                                              Nd² + 1
 
d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan.
 
Misalnya, kita ingin menduga proporsi pembaca koran dari populasi 4.000 orang. Presisi ditetapkan di antara 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, maka besarnya sampel adalah:
                                                           4000
                                    n =       ————————-     = 364
                                                4000 x (0,05)² + 1
 
 
KERANGKA SAMPLING (SAMPLING FRAME)
 
Di atas sudah ditegaskan, bahwa tingkat krepresentatifan sampel selain ditentukan oleh ukuran sampel yang diambil juga ditentukan oleh teknik sampling yang digunakan. Di antara teknik-teknik sampling tersebut, dalam penggunaannya,  ada yang mempersyaratkan tersedianya kerangka sampling. Kerangka sampling (sampling frame) adalah sebuah daftar yang memuat data mengenai seluruh unit atau unsur sampling yang terdapat pada populasi sampling. Secara gampang orang sering mengatakan, kerangka sampling adalah daftar nama-nama yang kerkandung dalam populasi penelitian.
 
 
JENIS SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
 
Berdasarkan prosedur atau cara yang digunakan dalam mengambil sampel dari populasi (teknik sampling), kita dapat mengidentifikasi dua jenis sampel, yaitu: sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel nonprobabilitas (nonprobability sampling). Sampel probabilitas atau disebut juga sampel random (sampel acak) adalah sampel yang pengambilannya berlandaskan pada prinsip teori peluang, yakni prinsip memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit populasi untuk dipilih sebagai sampel. Sebaliknya, sampel nonprobabilitas atau sampel nonrandom (sampel tak acak) adalah sampel yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (bisa pertimbangan penelitian maupun pertimbangan peneliti). Sampel probabilitas diambil dengan menggunakan teknik sampling probabilitas atau teknik sampling random, sedangkan untuk mengambil sampel nonprobabilitas atau sampel nonrandom digunakan teknik sampling nonprobabilitas, yakni pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel probabilitas cenderung memiliki tingkat representasi yang lebih tinggi daripada sampel nonprobabilitas.
 
 
Teknik Sampling Probabilitas (Teknik Sampling Random)
 
a. Teknik Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling)
 
Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk dipilh sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi.
 
Dalam menggunakan Teknik Sampling Random Sederhana ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendy, 1989):
1.      Harus tersedia kerangka sampling atau memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya (dalam kerangka sampling tidak boleh ada unsur sampel yang dihitung dua kali atau lebih).
2.      Sifat populasinya harus homogen, jika tidak, kemungkinan akan terjadi bias.
3.      Ukuran populasinya tidak tak terbatas, artinya harus pasti berapa ukuran populasinya.
4.      Keadaan populasinya tidak terlalu tersebar secara geografis.
 
Teknis pelaksanaannya ada dua cara, yakni:
1.      Dengan mengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyusun semua unit penelitian atau unit elementer ke dalam kerangka sampling, mulai dari nomor terkecil hingga nomor ke-n (tergantung berapa besar ukuran populasinya). Selanjutnya masing-masing nomor unsur populasi itu ditulsikan dalam secarik kertas, digulung, dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak atau toples. Lalu lakukan pengocokan secara merata, dan ambil sejumlah gulungan kertas tersebut sebanyak ukuran sampel yang dikehendaki. Nomor-nomr yang terambil itu menjadi unit elementer yang terpilih sebagai sampel. Pengundian juga dapat dilakukan seperti halnya ibu-ibu anggota kelompok arian menentukan pemenang arisannya. Gulungan kertas yang di dalamnya sudah berisi nomor unit elementer, dimasukkan ke dalam toples yang diberi tutup dengan lubang sebesar kira-kira dapat dilalui oleh setiap gulungan kertas yang ada di dalamnya. Lalu kocok berulang-ulang hingga keluar sejumlah gulungan kertas sesuai dengan ukuran sampel yang direncanakan. Penggunaan cara ini (cara pengundian) seringkali tidak praktis, terutama apabila ukuran populasinya relatif besar, sebab: pertama, hampir tidak mungkin kita dapat melakukan pengocokan secara saksama dan merata seluruh gulungan kertas undian; dan kedua, ada kecenderungan kita untuk tergoda memilih angka-angka tertentu. Dalam keadaan yang demikian, gunakan teknik kedua, yakni dengan mengundi Tabel Angka Random.
 
2.      Dengan menggunakan Tabel Angka Random. Cara ini dipilih karena selain meringankan pekerjaan, juga lebih memberikan jaminan yang lebih besar bahwa setiap unit elementer mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Caranya adalah sebagai berikut: misalnya, dari satuan elementer dlam populasi (N) yang besarnya 500 orang, akan dipilih 50 satuan elementer sebagai sampel (n). Bilangan 500 ini terdiri dari tiga dijit (digit), oleh karena itu dalam kerangka sampling satuan elementernya diberi nomor mulai dari 001 sampai 500. Selanjutnya lihat Tabel Angka Random atau Tabel Bilangan Random yang selalu ada pada lampiran buku-buku metodologi penelitian atau buku-buku metode statistika. Karena angka-angka yang yang terdapat dalam Tabel Bilangan Random itu disusun secara kebetulan (randomly assorted), maka pemakai tabel tersebut dapat mulai melihatnya dari baris dan kolom mana saja. Di samping itu, ia dapat juga mengikutinya ke arah mana saja. Penentuan angka pertama dapat dilakukan, misalnya, dengan cara menjatuhkan pensil dengan mata pensil mengarah ke bawah pada lembaran kertas yang di dalamnya terdapat tabel bilangan random yang kita gunakan. Angka random yang terkena oleh mata pensil tadi adalah unsur sampel pertama yang kita pilih. Selanjutnya, kita dapat menentukan unsur sampel lainnya dengan cara berjalan ke atas mengikuti kolom yang sama, atau ke samping mengikuti baris, ke bawah mengikuti kolom, atau cara apa saja yang dianggap mudah.
 
b. Teknik Sampling Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
 
Apabila ukuran populasinya sangat besar, hingga tidak memungkinkan dilakukan pemilihan sampel dengan cara pengundian, maka teknik sampling random sederhana tidaklah tepat untuk digunakan. Dalam keadaan populasi yang demikian, gunakanlah teknik sampling random sistematik. Persyaratan yang harus dipenuhi agar teknik sampling ini dapat digunakan, sama dengan persyaratan untuk sampel random sederhana, yakni tersedianya kerangka sampling (ukuran populasinya diketahui dengan pasti), dan populasinya mempunyai pola beraturan yang memungkinkan untuk diberikan nomor urut serta bersifat homogen.
 
Cara penggunaan teknik sampling random sistematik ini mirip dengan cara sampling random sederhana. Bedanya, pada teknik sampling sistematik perandoman atau pengundian hanya dilakukan satu kali, yakni ketika menentukan unsur pertama dari sampling yang akan diambil. Penentuan unsur sampling selanjutnya ditempuh dengan cara memanfaatkan interval sampel. Interval sampel adalah angka yang menunjukkan jarak antara nomor-nomor urut yang terdapat dalam kerangka sampling yang akan dijadikan patokan dalam menentukan atau memilih unsur-unsur sampling kedua dan seterusnya hingga unsur ke-n. Interval sampel biasanya dilambangkan dengan huruf k.
 
Interval sampel atau juga disebut sampling rasio diperoleh dengan cara membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang dikehendaki (N/n). Misalnya, dari populasi (N) berukuran 500 kita akan mengambil sampel (n) berkuran 50, maka interval samplingnya adalah 500/50=10 atau k =10. Andaikan yang terpilih sebagai unsur sampling pertama adalah satuan elementer yang bernomor s, maka penentuan unsur-unsur sampel berikutnya adalah:
 
            Unsur pertama            = s
            Unsur kedua                = s + k
            Unsur ketiga                = s + 2k
            Unsur keempat           = s + 3k, dan seterusnya hingga unsur ke-n.
 
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikan contoh konkret.
Misalnya ukuran populasinya 500 (N=500) dan ukuran sampel yang akan diambil sebesar 50 (n=50), maka pasti k = 10. Andaikan saja unsur sampel pertama yang terpilih adalah nomor urut 005, maka unsur-unsur selanjunya yang harus diambil adalah nomor 015, 025, 035, 045, 055, 065, 075, dan seterusnya dengan berpatokan pada penambahan angka 10 dari nomor urut terakhir.
 
 
c. Teknik Sampling Random Berstrata (Stratified Random Sampling)
 
Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak homogen (heterogen). Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat-sifat antara lapisan  tersebut. Padahal, sebagaimana telah diungkapkan di atas, presisi dan tingkat kerepresentatifan sampel yang diambil dari suatu populasi antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman (tingkat homogenitas) populasi yang bersangkutan. Untuk dapat menggambarkan secara tepat tentang sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi kedalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam atau homogen, dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara random (acak).
 
Untuk dapat menggunakan teknik sampling random strata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:162-163):
1.      Harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan. Sebagai contoh, populasi penelitian Anda adalah seluruh mahasiswa Unpad. Dalam kenyataannya karakteristik mahasiswa Unpad tidak sama (tidak homogen) sebab di Unpad terdapat program pendidikan jenjang D3, S1, S2, dan S3 yang tentu saja karakteristik (terutama karakteristik akademisnya) berbeda-beda. Maka dalam keadaan populasi yang demikian, mahasiswa Unpad sebagai populasi harus dibagi kedalam strata (subpopulasi) mahasiswa D3, mahasiswa S1, mahasiswa S2, dan mahasiswa S3. Secara teoretis, yang dapat dijadikan kriteria untuk pembagian strata itu  ialah variabel-variabel yang akan diteliti atau variabel-variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-variabel yang hendak diteliti itu. Misalnya, tingkat motivasi belajar mahasiswa erat kaitannya dengan jenjang pendidikan yang diikutinya. Jadi, dalam penelitian tentang motivasi belajar mahasiswa (misalnya), jenjang pendidikan dijadikan dasar dalam menentukan strata populasi.
2.      Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi. Misalnya, data mengenai pembagian jenjang pendidikan pada mahasiswa Unpad didasarkan pada kenyataan bahwa di Unpad memang terdapat berbagai jenjang pendidikan.
3.      Jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap subpopulasi) harus diketahui dengan pasti. Hal ini diperlukan agar peneliti dapat membuat kerangka sampling untuk setiap subpopulasi atau strata yang akan dijadikan sumber dalam menentukan sampel atau responden. (Harap dicatat, bahwa teknik sampling random strata ini baru efektif dalam menentukan ukuran sampel  yang harus diambil dari setiap strata dan belum mampu menentukan siapa saja sampel yang harus diambil untuk dijadikan responden penelitian). Untuk menentukan saampel sasaran atau responden masih perlu dilanjutkan dengan menggunakan teknik sampling random sederhana atau teknik sampling random sistematik, setelah sebelumnya dibuatkan kerangka sampling untuk setiap subpopulasinya.
 
Sampel strata terdiri dari dua macam, yakni sampel strata proporsional dan sampel strata disproporsional. Teknik sampling random strata proporsional digunakan apabila proporsi ukuran subpopulasi atau jumlah satuan elementer dalam setiap strata relatif seimbang atau relatif sama besar. Dalam sampel strata proporsional, dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap strata dengan berpatokan pada pecahan sampling (sampling fraction) yang sama  yang digunakan. Pecahan sampling adalah angka yang menunjukkan persentase ukuran sampel yang akan diambil dari ukuran populasi tertentu. Sebagai contoh, jumlah keseluruhan mahasiswa Unpad ada 25.000 orang, sehingga ukuran populasinya 25.000. Berdasarkan perhitungan tertentu, misalnya kita menggunakan Rumus Slovin, sampel yang harus diambil sebesar 2.500 orang mahasiswa, maka pecahan samplingnya adalah 0,10 (10%) yang diperoleh dengan cara membagi ukuran sampel yang dikehendaki dengan ukuran populasinya (n/N). Dengan demikian, maka dari setiap lapisan populasi (strata) harus diambil sampel sebesar 10 % sehingga akhirnya diperoleh ukuran sampel secara keseluruhan yang merepresentasikan populasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini.
 
Tabel 1
Sampel Berstrata Proporsional untuk Penelitian Motivasi Belajar
di Kalangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran
 
Jenjang            Ukuran                        % dalam          Pecahan          n               % dalam
Pendidikan      Populasi           Populasi           Sampling         Sampel                 Sampel
     D3               10.000               40%                  0,10               1.000        40%
     S1                 8.000                32%                  0,10                  800        32%
     S2                 5.000                20%                  0,10                  500        20%
     S3                 2.000                  8%                  0,10                  200          8%
                        _______          ______                                     ______    _____
                        25.000             100%                                        2.500      100%
Keterangan:
Ditentukan ukuran sampel 2.500
Pecahan sampling 2.500/25.000 = 0,10
Setiap jenjang pendidikan diwakili dalam sampel proporsinya dalam populasi.
 
Penggunaan Teknik Sampling Random Strata Proporsional agak kurang tepat jika proporsi ukuran subpopulasinya (jumlah satuan elementer pada strata) tidak seimbang, ada yang jumlahnya besar ada pula yang jumlahnya kecil, sehingga kalau digunakan teknik sampling strata proporsional dapat kejadian ukuran subpopulasinya sama dengan ukuran sampelnya. Padahal, jika ukuran sampelnya sama dengan ukuran populasinya (total sampling atau sensus) maka data yang diperoleh dari sampel tersebut tidak bisa diolah atau dianalisis dengan menggunakan analisis statistik inferensial. Oleh karena itu, dalam keadaan populasi yang demikian, gunakanlah Teknik Sampling Random Strata Disproporsional.
 
Pada Sampel Strtata Disproporsional, ukuran sampel yang diambil dari setiap subpopulasi (strata) sama besarnya, yang berbeda adalah pecahan samplingnya. Satu hal yang perlu dicatat dan diingat, jika menggunakan teknik sampling ini, nanti pada waktu analisis data, data yang diperoleh dari sampel masing-masing strata harus dikalikan dengan bobot yang disesuaikan pada strata tersebut. Teknis pengambilan sampel strata disproporsional dapat dilihat pada contoh tabel di bawah ini.
 
Tabel 2
Sampel Berstrata Disproporsional untuk Penelitian Motivasi Belajar
di Kalangan Mahasiswa Universitas Padjadjaran
 
Jenjang            Ukuran                  % dalam     Pecahan    n            Bobot      Bobot
Pendidikan      Populasi     Populasi     Sampling   Sampel                 Disesuaikan
     D3               10.000         40%           0,063        625       15,87             5
     S1                  8.000         32%           0,078        625        12,82            4
     S2                  5.000         20%           0,125        625          8                 3
     S3                  2.000           8%           0,313        625          3,19            1
                        _______      _____                        _____
                         25.000       100%                         2.500
 
Keterangan:
Ukuran sampel ditetapkan 2500, dibagi rata pada setiap strata (625).
Pecahan sampling berbeda-beda pada setiap strata (n/N).
Karena sampel setiap strata tidak proporsional dengan strata yang bersangkutan dalam populasi, maka data pada setiap strata harus dikalikan dengan bobot (bobot yang disesuaikan). Bobot diperoleh dengan rumus: 1/ps atau satu dibagi pecahan smpling. Untuk memudahkan perhitungan, bobot dibulatkan dengan angka terrendah sebagai standar (bernilai 1). Misalnya, 15,87/3,19 = 4,97, dibulatkan menjadi 5.
 
 
d. Teknik Sampling Random Klaster (Cluster Random Sampling)
 
Teknik ini digunakan apabila ukuran populasinya tidak diketahui dengan pasti, sehingga tidak memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya, dan keberadaannya tersebar secara geografis atau terhimpun dalam klaster-klaster yang berbeda-beda. Misalnya, populasi puah penelitian kita adalah seluruh murid Sekolah Dasar (SD) yang ada di Wilayah Kota Bandung. Tidak mungkin kita dapat menghimpun semua data anak SD dalam sebuah daftar yang akurat, kalaupun mungkin, pasti daftar itu akan sangat panjang dan memerlukan waktu serta biaya yang tidak sedikit untuk menyusunnya. Maka kelompok siswa SD itu kita buat berdasarkan nama sekolahnya. Kelompok anak SD itu disebut klaster. Klater dapat berupa sekolah, kelas, kecamatan, desa, kelurahan, RW, RT, dan sebagainya. Apabila klaster itu bersifat wilayah geografis yang kecil, maka pengambilan sampelnya dapat dilakukan satu tahap (simple cluster sampling). Misalnya, wilayah penelitian kita ada di Kelurahan Gunung Sampah, yang terdiri dari 10 RW, maka kita dapat memilih beberapa RW secara random untuk dijadikan wilayah penelitian dengan konsekuensi seluruh penduduk sasaran di RW itu harus dijadikan sampel (responden).
 
Akan tetapi jika klasternya besar atau wilayah geografisnya besar, maka pengambilan sampel tidak cukup hanya satu tahap, melainkan harus beberapa tahap. Dalam keadaan yang demikian gunakanlah teknik sampling klaster banyak tahap (multistage cluster sampling). Misalnya kita akan meneliti pendapat seluruh ibu rumah tangga yang ada di wilayah Kota Bandung tentang konversi bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji. Populasi penelitiannya adalah seluruh ibu rumah tangga yang ada di Kota Bandung. Kota Bandung kita bagi dulu ke dalam Wilayah Bandung Timur, Bandung, Barat, Bandung Selatan, dan Bandung Utara. Dari setiap wilayah itu kita jabarkan lagi pada kecamatan-kecamatan, lalu ambil secara random, misalnya, dua kecamatan dari setiap wilayah sehingga diperoleh delapan kecamatan. Apabila kita berhenti sampai di sini, maka seluruh ibu rumah tangga yang berdomisi di delapan kecamatan terpilih itu adalah sampel penelitian kita. Tetapi jika kita merasa jumlahnya masih terlalu besar, maka kita boleh menjabarkan wilayah kecamatan terpilih itu menjadi kelurahan-kelurahan, sehingga wilayah kecamatan tadi kita jadikan populasi sampling. Dari situ secara random, misalnya, kita ambil dua kelurahan dri setiap kecamatan terpilih, sehingga kita memiliki 16 kelurahan sebagai wilayah penelitian dengan konsekuensi seluruh ibu rumah tangga di 16 kelurahan itu harus dijadikan responden. Jika dirasakan masih terlalu banyak jumlahnya, kita diperbolehkan untuk menurunkan lagi wilayah penelitian pada wilayah yang lebih kecil, misalnya RW, dan seterusnya dengan cara yang sama.
 
                                                                              
Teknik Sampling Nonprobabilitas (Teknik Sampling Nonrandom)
 
Dalam menentukan sampel dengan menggunakan taknik sampling nonrandom, tidak menggunakan prinsip kerandoman (prinsip teori peluang). Dasar penentuannya adalah pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau dari penelitian. Sebagai konsekuensinya, teknik sampling nonrandom ini tidak dapat digunakan apabila penelitian kita dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif yang akan menguji hipotesis tertentu, misalnya penelitian korelasional, karena rumus uji statistik inferensial tidak dapat diterapkan untuk data yang berasal dari sampel nonrandom. Teknik sampling ini secara luas sering digunakan untuk penelitian-penelitian eksploratif atau penelitian deskriptif.
 
Ada beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam penelitian sosial/penelitian komunikasi, di antaranya adalah:
1.      Sampel Aksidental (accidental sampling). Sampel ini sering disebut sebagai sampel kebetulan yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan kemudahan bagi peneliti (bukan penelitian), sehingga sampel ini sering kali disebut convenience sampling atau sampel keenakan. Orang-orang ilmu statistika bahkan menyebutnya sebagai sampel kecelakaan, karena saking tidak representatifnya sampel tersebut. Sebisa mungkin, hindari untuk menggunakan sampel ini, jika kesimpulan penelitian kita ingin memperoleh kemampuan generalisasi yang tepat.
 
2.      Sampel Kuota (quota sampling). Teknik sampling kuota merupakan teknik sampling yang sejenis dengan teknik sampling strata. Perbedaannya adalah ketika mengambil sampel dari setiap strata tidak menggunakan cara-cara random, tetapi menggunakan cara-cara kemudahan (convenience). Caranya, tentukan ukuran sampel dari masing-masing strata lalu teliti siapa sejumlah orang yang sesuai dengan ukuran sampel yang ditentukan tadi, siapa saja asal berasal dari strata tersebut.
 
3.      Sampel Purposif (purposeful sampling). Teknik ini disebut juga judgemental sampling atau sampel pertimbangan bertujuan. Dasar penetuan sampelnya adalah tujuan penelitian. Sampel ini digunakan jika dalam upaya memperoleh data tentang fenomena atau masalah yang diteliti memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus berdasarkan penilaian tertentu, tingkat signifikansi tertentu. Misalnya, untuk meneliti kualitas cerita Film Ayat-ayat Cinta kita memerlukan reponden yang memiliki kualifikasi komptensi dalam bidang perfilman atau bidang komunikasi. Maka sampelnya adalah para kritikus film, para dosen produksi film, para ahli sinematografi, dan lain-lain.
 
 
Beberapa Masalah dalam Penelitian yang Berkaitan dengan Sampel
                                      
Dalam setiap penelitian, tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi permasalahan atau penyimpangan. Besarnya penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam suatu penelitian, tergantung pada sifat penelitian itu sendiri. Ada penelitian yang dapat mentolerannsikan penyimpangan yang besar; sebaliknya ada juga penelitian yang menghendaki penyimpangan yang kecil, sebab penyimpangan yang besar dapat menimbulkan kesimpulan yang salah.
 
Dalam suatu penelitian, ada kemungkinan timbul dua macam penyimpangan, yaitu:
 
1.      Penyimpangan karena Pemakaian Sampel (Sampling Error)
Seandainya tidak ada kesalahan pada pengamatan, satuan-satuan ukuran, definisi operasinal variabel, pengolahan data, dan sebagainya, maka perbedaan itu hanya disebabkan oleh pemakaian sampel. Mudah dimengerti bahwa semakin besar sampelnyang diambil, semakin kecil pula terjadi penyimpangan. Apabila sampel itu sudah sama besar dengan populasi, maka penyimpangan oleh pemakaian sampel pasti akan hilang.
 
 
2.      Penyimpangan Bukan oleh Pemakaian Sampel (Non-Sampling Error)
Jenis penyimpangan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah:
Penyimpangan karena kesalahan perencanaan. Misalnya karena tidak tepatnya definisi operasional variabel, kriteria satuan-satuan ukuran, dan sebagainya, memberikan peluang penyimpangan atau kesalahan pada hasil penelitian.
Penyimpangan karena Penggantian Sampel. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan antara sampel yang diteliti dengan sampel yang ditetapkan. Misalnya, seseorang mahasiswa yang telah ditetapkan sebagai sampel tidak bisa dihubungi pada waktu akan diwawancarai atau diminta untuk mengisi kuesioner, lalu kita menggantinya dengan mahasiswa yang lain.
Penyimpangan karena salah tafsir dari petugas pengumpulan data maupun responden, yang dapat menyebabkan jawaban yang diperoleh dari responden menyimpang dari yang sebenarnya.
Penyimpangan karena salah tafsir responden. Biasanya disebabkan karena responden sudah lupa akan masalah yang ditanyakan.
Penyimpangan karena responden sengaja salah dalam menjawab pertanyaan. Hal ini dapat terjadi jika responden merasa curiga terhadap maksud dan tujuan penelitian, atau mungkin juga responden mempunyai maksud-maksud tertentu secara terselubung.
Penyimpangan karena kesalahan pengolahan data,  misalnya salah dalam menambahkan, mengalikan, dan sebagainya.
 
Sementara itu, masalah yang dihadapi dalam Pembuatan Kerangka Sampling, di antaranya adalah sebagai berikut:
Blank Foreign Elements
Yakni jika data populasi yang diperoleh dari sesuatu sumber tidak sesuai dengan kenyataannya di lapangan, sehingga terjadi orang yang sudah terpilih sebagai sampel tidak ditemui di lapangan. Hal ini disebabkan mungkin karena pendataannya yang tidak akurat atau datanya sudah kadaluarsa.
 
Incomplete Frame
Ketidaklengkapan kerangka sampling terjadi karena ada unsur populasi (orang) yang seharusnya masuk di dalamnya, justeru tidak tercatat.
 
Cluster of Elements
Kerangka sampling yang kita miliki tidak selamanya sama dengan yang kita butuhkan. Misalnya, jika kita ingin meneliti pelajar sekolah dasar yang bertempat tinggal di Kota A, kita tidak akan memperoleh daftarnya, yang kita temukan hanyalah daftar nama sekolah dasar yang ada di Kota A.

About this blog

A friend in need is a friend indeed
All start is difficult

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger

PERFIL

Foto Saya
anita simarmata
sy adlh wanita biasa,tp bkn biasa-biasa.bisa sakit hati dan kadang menyakiti&disakiti.tertawa dan menangis itu bagian dari hidup
Lihat profil lengkapku

Pengikut